Perkembangan Industri Kreatif Di Singapura
Wardhana
Duta Besar RI untuk Singapura
Duta Besar RI untuk Singapura
Dampak dari krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1998, bagi Singapura adalah semakin mendorong pendekatan baru dalam kegiatan ekonomi, yaitu dari bentuk manufacture traditional dan industri jasa kepada bidang ekonomi yang menggunakan kreativitas, ilmu pengetahuan dan imajinasi manusia yang memiliki nilai tambah.
Oleh karena itulah kemudian pada Desember 2001, Pemerintah Singapura membentuk The Economic Review Committee (ERC) yang bertugas untuk menghasilkan suatu formulasi restrukturisasi ekonomi Singapura kedepan. ERC ini beranggotakan 19 orang yang terdiri dari 8 orang pejabat pemerintah, 9 orang wakil dari pengusaha dan 2 orang dari perwakilan buruh serta dipimpin oleh Lee Hsien Loong yang saat itu menjabat sebagai Deputy Prime Minister merangkap Menteri Keuangan.
ERC kemudian membentuk beberapa Komite dan Sub Komite, dan dibawahnya lagi ada working group yang salah satunya adalah Creative Industries Working Group (CIWG). Dalam hal ini, Singapura mendefinisikan industri kreatif sebagai industri yang menekankan pada originalitas kreatifitas individu, keahlian dan bakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan lapangan kerja.
CIWG kemudian mengkategorikan industri kreatif kedalam tiga kelompok, yaitu Arts and Culture, Design dan Media. Bidang-bidang yang tercakup dalam arts and culture adalah performing arts, visual arts, photography, crafts, perpustakaan, museum, galeri, archives, auctions, impresarios, heritage sites, performing arts sites, festival, arts supporting enterprises dan lain-lainnya.
Sementara untuk bidang desain, itu mencakup advertizing, arsitektur, web & software graphics, produk-produk industri, fashion, komunikasi, interior & environmental dan sebagainya. Sedangkan bidang media, mencakup broadcast, media digital (software & computer services), film & video, rekaman musik dan publishing. CIWG menargetkan bahwa pada tahun 2012, industri kreatif di Singapura akan berperan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan demikian share industri kreatif akan meningkat dari 3,2% menjadi 6%. Sementara itu industri kreatif ini diharapkan juga menyerap 5-7% tenaga kerja dan menjadikan reputasi Singapura sebagai Asia Creative Hub yang baru.
Pertumbuhan industri kreatif yang paling cepat di Singapura adalah di bidang IT, performing arts, cinema services, periklanan, interior, grafik, fashion design dan jasa arsitektur. Dalam bidang industri kreatif ini, Singapura memiliki daya saing yang cukup tinggi, karena masyarakatnya memiliki sifat keterbukaan terhadap sumber-sumber gagasan maupun talenta yang baru, baik dari lokal maupun asing, individual maupun perusahaan. Perkembangan industri kreatif di Singapura juga didorong oleh adanya daya serap pasar yang tinggi sebagai dampak dari perekonomian yang berorientasi pada pasar dan meningkatnya berbagai kebutuhan yang lebih sophisticated dari industri yang berbasis pengetahuan dan jasa.
Dari sisi ekonomi, industri kreatif ini berkontribusi sekitar 3,6% terhadap GDP 2008, menyerap sebanyak 114.600 tenaga kerja dan menghasilkan nilai tambah sebesar 9,2 miliar dolar Singapura. Karena itu Singapura meningkatkan kepeduliannya terhadap industri kreatif dengan membuka program-program pendidikan terkait, penyelenggaraan berbagai kompetisi untuk desain-desain baru, pengembangan penelitian dan kajian, serta skema bantuan insentif untuk pengembangan industri kreatif.
Peluang kerjasama yang cukup terbuka antara Indonesia-Singapura di bidang industri kreatif ini adalah bidang animasi, desain, musik, penerbitan, film, dan piranti lunak. Dalam bidang animasi, pemerintah Singapura tengah melakukan kerjasama pembuatan berbagai film animasi dengan pihak swasta dalam jangka waktu 5 tahun senilai 34 juta dolar Singapura.
Sementara itu dengan berkembangnya bisnis property di Singapura dan juga negara-negara lain yang pembangunannya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kontraktor Singapura, telah mengakibatkan Singapura membutuhkan tenaga arsitek dalam jumlah yang relatif cukup besar, dan ini dapat diisi oleh Indonesia. Dengan mempertimbangkan antara lain jumlah penduduk keturunan Melayu yang mencapai 14% dari total penduduk Singapura, dan juga ambisi Singapura untuk menjadikan dirinya sebagai pusat entertainment di kawasan, ini merupakan pasar yang potensial dan peluang bagi masuknya industri musik Indonesia, baik dari segi industri peralatan maupun group-group musiknya.
Dalam bidang penerbitan, Singapura juga dapat dijadikan sebagai tempat pemasaran bagi industri media cetak Indonesia, khususnya koran dan majalah berbahasa Inggris, karena besarnya jumlah expatriate dan turis asing di negara tersebut. Selain berambisi untuk menjadi pusat entertainment di kawasan, Singapura juga berambisi sebagai pusat industri Informasi dan Teknologi, ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan atau ahli-ahli Indonesia di bidang IT. Produk industri film Indonesia juga sudah cukup dikenal di Singapura, baik itu dalam bentuk produk rekaman video, layar lebar maupun melalui saluran televisi. Artis-artis film Indonesia juga sudah banyak yang dikenal dan sangat populer dikalangan masyarakat Singapura.
source: http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/72-desember-2009/661-perkembangan-industri-kreatif-di-singapura.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar