Minggu, 20 Maret 2011

TEROR BOM BUKU

Tiga paket bom yang disisipkan dalam buku meneror dalam waktu yang hampir bersamaan kepada target berbeda. Momentum teror ini dinilai tidak berada dalam ruang hampa, namun terkait erat dengan peristiwa aktual akhir-akhir ini. 

"Momentum teror ini sebetulnya tidak mendadak. Saya pikir ini berhubungan erat dengan peristiwa belakangan ini," tutur pengamat intelejen Wawan Purwanto saat dihubungi detikcom, Selasa (23/3/2011) malam.

Menurut Wawan tindakan peneroran selalu memiliki motivasi tertentu. Ramainya desakan pembubaran Ahmadiyah dan panasnya sidang Abu Bakar Baasyir akhir-akhir ini, lanjut dia, bisa menjadi salah satu pemicunya.

"Bisa karena pembubaran Ahmadiyah atau sebab-sebab lain. Semua kemungkinan cukup terbuka," paparnya.

Wawan juga tidak sepakat dengan anggapan teror bom buku ini sebagai pengalihan atas isu besar tertentu. "Tidak sesederhana itulah untuk mengatakan ini pengalihan isu. Kesannya terlalu naif," pungkasnya.

Seperti diberitakan, pada Selasa (15/3) sore kemarin, publik digemparkan dengan meledakknya bom buku di kantor Jaringan Islam Liberal (JIL). Akibat peristiwa ini Kasat  Reskrim Kompol Dodi Rahmawan yang berusaha menjinakkan bom dengan arahan rekannya lewat ponsel, tangan kirinya putus.

Tak hanya itu saja, pada malam harinya tim Gegana Mabes Polri berhasil mengamankan dengan meledakkan bom buku serupa di kantor Badan Narkotika Nasional (BNN). Pada waktu yang hampir bersamaan, tim Gegana juga berhasil mengamankan bom yang bentuknya mirip di rumah kediaman Ketua Pemuda Pancasila Yapto S Soeryosumarno.



Source: http://www.detiknews.com/read/2011/03/16/062003/1592773/10/teror-bom-buku-terkait-dengan-peristiwa-aktual-akhir-akhir-ini

KURVA INDIFERENCE

KURVA INDIFERENCE (Sumber: buku Case Fair Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid 1 oleh Karl E. Case & Ray C. Fair)



Pengertian dan Sejarah Kurva Indiference
Kurva Indiference adalah serangkaian titik, yang masing-masing mewakili suatu kombinasi jumlah barang X tertentu dan jumlah barang Y tertentu, yang semuanya menghasilkan jumlah utilitas total yang sama. Konsumen yang digambarkan disini sama-sama menyukai antara kombinasi A dan B, B dan C, serta A dan C.
Setiap konsumen memiliki sekelompok kurva indiference yang unik yang disebut dengan peta preferensi. Kurva Indiference yang lebih tinggi menunjukkan tingkat utilitas total yang lebih tinggi.
Teori kurva indeference dikembangkan oleh Francis Ysidro Edgeworth, Vilfredo Pareto, dan kawan-kawan di awal abad ke-20. Teori ini diturunkan dari teori utilitas ordinal, yang mengasumsikan bahwa setiap orang selalu dapat mengurutkan preferensinya. Dengan kata lain, seseorang selalu dapat menentukan bahwa ia lebih menyukai barang A dibanding barang B, dan lebih suka barang B dibanding barang C, lebih suka barang C daripada barang D dan seterusnya.


ASUMSI
1. Kita mengasumsikan bahwa analisis ini terbatas pada barang yang menghasilkan utilitas marjinal positif, atau lebih sederhananya, "makin banyak makin baik". Salah satu cara untuk menjustifikasi asumsi ini adalah mengatakan bahwa jika sesuatu yang lebih banyak benar-benar membuat anda lebih rugi, anda boleh membuangnya sama sekali. Ini disebut dengan "asumsi pembuangan gratis".


2. Tingkat substitusi marjinal didefinisikan sebagai MUx/MUy atau rasio dimana rumah tangga mau mengganti X dengan Y. Jika MUx/MUy sama dengan 4, misalnya, saya bersedia menukar empat unit Y dengan satu unit tambahan X. Kita mengasumsikan tingkat substitusi marjinal yang semakin menurun. Yaitu, jika konsumsi X lebih banyak dan Y lebih sedikit, MUx/MUy akan turun. Apabila anda mengkonsumsi lebih banyak X dan lebih sedikit Y, X menjadi kurang bernilai dalam hitungan unit Y, atau Y menjadi lebih bernilai dalam hitungan X. Hal ini hampir, tapi tidak persis, sama dengan mengasumsikan utilitas marjinal yang semakin menurun


3. Kita mengasumsikan bahwa konsumen memiliki kemampuan untuk memilih antara kombinasi barang dan jasa yang tersedia. Ketika dihadapkan dengan pilihan antara dua kombinasi barang dan jasa alternatif, yaitu A dan B, seorang konsumen akan menanggapi dengan salah satu dari 3 cara: (1) ia lebih suka A daripada B, (2) ia lebih suka B daripada A, atau (3) ia sama sukanya atas A dan B--yaitu, ia sama-sama suka A dan B.


4. KIta mengasumsikan bahwa pilihan konsumen konsisten dengan asumsi sederhana tentang rasionalitas. Jika seorang konsumen memperlihatkan bahwa ia lebih menyukai A daripada B dan kemudian memperlihatkan bahwa ia lebih menyukai B daripada alternatif ketiga, C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C jika dihadapkan dengan pilihan di antara keduanya.

Peta dan Ciri-Ciri Kurva Indiference
Sebuah grafik dari kurva indiference untuk seorang konsumen dihubungkan dengan tingkat utilitas/kepuasan berbeda disebut dengan peta indiference. Titik kembalinya tingkat kepuasan yang berbeda setiap unitnya dihubungkan dengan kurva indiference yang berbeda satu sama lain. Sebuah kurva indiference menjabarkan sebuah himpunan preferensi pribadi dan bisa berbeda pada orang satu dan lainnya.
Kurva indiference biasanya dijelaskan menjadi :
1.   Dijabarkan hanya pada kuadran positif (+, +) diagram Cartesius dari komoditas berdasarkan kuantitas.
2.   Melengkung secara negatif. Sebagai Kuantitas yang dikonsumsi dari satu barang (x) meningkat, kepuasan total akan naik jika tidak di kompensasikan oleh sebuah penurunan dalam kuantitas yang dikonsumsi pada barang lain (y). Sama dengan kekenyangan, dimana lebih dari barang (atau keduanya) sama derajatnya di prefrensikan untuk tidak ditingkatkan, tidak diikutsertakan. (jika utilitas U=f(x, y)U, dalam dimensi ke tiga, tidak memiliki sebuah maksimum lokal untuk semua x dan y.)
3.   lengkap, seperti semua titik dalam kurva indiferen dirangking sama besar dalam hal selera dan dirangking baik lebih atau kurang di sukai dibandingkan titik lainnya yang tidak ada dalam kurva. Jadi, dengan (2), tidak ada dua kurva yang akan bersilangan (selain non-satiasi akan dilanggar).
4.   Transitif dengan hubungan ke titik dalam kurva indiference yang berbeda. Itu terjadi, jika tiap titik dalam I2 adalah selera (yang terbatas) pada tiap titik dalam I1, dan tiap titik dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I2, tiap titik dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I1. Sebuah lengkungan negatif dan transitifitas tidak dimasukan persilangan kurva indiference, karena garis lurus dari kedua sisi tersebut bersilangan akan memberi rangking prefrensi yang tidak satu sisi dan intransitif.
5.   (secara terbatas) convex (dijatuhkan dari bawah). Dengan (2), preferensi convex menyebabkan sebuah pemunculan dari asal kurva indiference. Sebagai konsumen menurunkan konsumsi dari satu barang dalam unit suksesif, jumlah besar dari barang lainnya akan dibutuhkan untuk mempertahankan kepuasan tidak berubah, efek substitusi.


Asumsi
Ambil a, b dan c menjadi kumpulan (vektor) dari barang, seperti kombinasi (x, y) diatas, dimana kemungkinan adanya perbedaan jumlah dari tiap barang dalam kumpulan yang berbeda. Asumsi pertama adalah kebutuhan untuk sebuah representasi yang dibuat dnegan baik dari selera stabil untuk para konsumen sebagai agen ekonomi, asumsi kedua disesuaikan.
Rasionalitas (dalam hubungannya dalam konteks matematik yang umum): Keterselesaian + transtifitas. Untuk rangking pemberian prefrensi, konsumen bisa memilih kumpulan yang terbaik antara a,b dan c dari terbawah ke tertinggi.
Kontinuitas: Ini berarti kamu bisa memilih untuk mengkonsumsi berapapun jumlah barang. Contohnya, saya bisa minum 11 mL soda, atau 12mL, atau 132 mL. Saya tidak dipaksa untuk meminum dua liter atau tidak sama sekali. Lihat juga fungsi kontinuitas dalam matematik.
Dari ciri yang tersisa diatas, seharusnya, ciri (5) (kofeksitas) telah dilanggar oleh munculnya kurva indiferen keluar dari asal konsumen tertentu dengan memberikan dorongan ke anggaran. Teori konsumen kemudian menyebabkan konsumsi kosong untuk satu dari dua barang, katakanlah barang Y, dalam ekuilibirium ke anggaran konsumen. Ini akan mencontohkan sebuah solusi pojok. Lebih jauh, penurunan dalam harga barang Y diatas jarak tertentu mungkin akan meninggalkan jumlah/kuantitas yang diminta tidak akan berubah dari kosong (0) dan sesudahnya dimana penurunan harga selanjutnya mengganti semua pendapatan dan konsumsi jauh-jauh dari X dan Y. Rasio dari implikasi tersebut mensugestikan kenapa konfeksitas biasanya diasumsikan juga.

Gambar Kurva Indiference